Oleh: Syaikh Salim Al ‘Ajmiy hafizhohullaah
Dan salah satu musibah yang merisaukan, sumber kebinasaan yang
menghancurkan, yang membuat hati ini meleleh karena sedih dan pedih:
perbuatan sebagian orang yang memasukkan “satelite” ke dalam rumahnya.
Secara sadar atau tidak sadar, ia telah mengajak keluarganya kepada
keburukan, penyimpangan, mengenal hal-hal yang menyebabkan kecurigaan,
menghidupkan perbuatan-perbuatan rendah, dan membunuh perilaku-perilaku
luhur.
Engkau dapatkan di dalam rumah itu seorang gadis yang belum menikah,
atau mungkin yang sudah telat menikah, atau seorang gadis belia yang
masih belum tahu apa-apa soal dunia, lalu orang tadi menanamkan alat
ini di rumahnya, maka “satelite” ini pun menjadikan naluri itu
menyala-nyala, membuat perasaan itu berkobar-kobar, dan memudahkan
siapapun untuk terjerembab dalam kesalahan. Akibat tayangan-tayangan
yang membangkitkan syahwat dan film-film yang menggoda hasrat. Kalau
gadis itu tidak menemukan jalan untuk memenuhi hasratnya secara halal,
maka ia akan berusaha mencari hal-hal yang haram, yang diajarkan oleh
“satelite” ini tentang bagaimana mendapatkannya dengan cara yang mudah.
Dan bisa jadi, perempuan ini adalah seorang istri yang tidak
mendapatkan perhatian dari suaminya. Sedang suaminya itu melalaikannya
dengan sering berada di tempat-tempat hiburan atau kantor. Atau mungkin
sedang bergaul dengan para pelacur dan perempuan rendahan. Maka sang
istripun duduk bergelut dengan dua perkara: antara sebuah “satelite”
yang menggelorakan perasaannya dengan menayangkan postur indah
laki-laki, dan seorang suami hidung belang yang lalai dan sibuk dengan
kesenangannya sendiri. Maka ia pun tidak menemukan jalan lain selain
dengan menjatuhkan diri dalam kesalahan.
Di sini kami tidak sedang mempermudah kaum wanita untuk melakukan
penyimpangan dan kami tidak sedang membela mereka untuk itu. Akan
tetapi kami menceritakan kenyataan yang ada, dengan harapan semoga hal
itu dicermati oleh para lelaki yang khawatir kalau kehormatan mereka
akan terkotori.
Maka berapa banyak orang yang memasukkan “satelite” ke rumah, lalu
itu menyebabkan perilaku putra putri mereka berubah. Mulailah
putri-putri mereka sering menenteng handphone, membantah orang tua
mereka, bersikap kelaki-lakian terhadap saudara atau suami mereka.
Apakah orang yang memasukkan “satelite” ini tidak melihat perubahan itu?
“atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau
memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak,
bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).”
Ada sekian orang yang menghadirkan “satelite” ini ke rumah mereka
dengan tidak menyadari akibat perbuatan tersebut, maka mereka kemudian
menuai kerendahan dan kehinaan, kecelakaan dan kehancuran. Mereka telah
membangkitkan naluri dan menggelorakan hati putri-putri mereka, hingga
putri-putri mereka itu pun terperosok dalam kesalahan. Coreng morenglah
wajah yang tadinya putih, dan tertunduk hinalah kepala yang tadinya
lurus tegak, lalu merekapun meratapi nasib pahit itu. Maka terdengarlah
teriakan menyedihkan yang menjawab mereka:
“”Sudah cukup celaan itu ayah, engkaulah yang tercela
Cukup sudah, kini tak ada lagi gunanya mencela
Cukup sudah, kini tak ada lagi gunanya mencela
Merintihlah keiffahanku dan mengaduhlah kesucianku
Mata ini dengan pedihnya terpejam rasa malu
Mata ini dengan pedihnya terpejam rasa malu
Ayah, dulu mutiara kesucian adalah celak mataku
Kini dengan air mata terhapus sudah celak itu
Kini dengan air mata terhapus sudah celak itu
Aku adalah seorang perawan, wahai ayahanda!
Yang nampak kotor di mata mereka yang mulia
Yang nampak kotor di mata mereka yang mulia
Panah kehinaan tertancap dalam keiffahanku
Namun, apa yang engkau tahu tentang panah itu?
Namun, apa yang engkau tahu tentang panah itu?
Yah, siapakah orang yang bisa menerima kenyataanku
Sedang di rahim ini menggeliat hasil perbuatan haram itu
Sedang di rahim ini menggeliat hasil perbuatan haram itu
Yah, siapakah yang akan menerimaku sebagai gadisnya
Sedang di mata orang aku sudah sedemikian tercela
Sedang di mata orang aku sudah sedemikian tercela
Luka badan akan sembuh lama-lama
Namun luka kehormatan tidak ada sembuhnya
Namun luka kehormatan tidak ada sembuhnya
Ayah, inilah keiffahanku, maka jangan cela aku
Ia terkotori yang haram karena perbuatanmu
Ia terkotori yang haram karena perbuatanmu
Kau tanam di rumah kita piringan kefasikan
Buahnya, wahai ayah, racun dan kematian
Buahnya, wahai ayah, racun dan kematian
Kekufuran dan penyimpangan mengobarkan api
Yang ikut menyalakan gejolak di mata naluri kami
Yang ikut menyalakan gejolak di mata naluri kami
Kami tonton kisah kasih asmara
Kami pun penasaran, apakah itu cinta?
Kami pun penasaran, apakah itu cinta?
Bermacam gaya sensual mereka kuasai
Nafsu di hati orang yang menyaksikannya pun menjadi-jadi
Nafsu di hati orang yang menyaksikannya pun menjadi-jadi
Seakan telah engkau sediakan seorang pelacur
Yang menggoda kami ketika orang pergi tidur
Yang menggoda kami ketika orang pergi tidur
Kalau saja batu itu punya hati, ayah
Tentu ia akan terangsang, apalagi manusia, yah
Tentu ia akan terangsang, apalagi manusia, yah
Engkau menghardikku atas terlepasnya kesucianku
Padahal kaulah yang mestinya dihardik, kalau kau tahu
Padahal kaulah yang mestinya dihardik, kalau kau tahu
Ayah, telah kau hancurkan aku dan kini kau menangisi
Reruntuhan puing sambil berkata: mengapa ini bisa terjadi?
Reruntuhan puing sambil berkata: mengapa ini bisa terjadi?
Ayah, darah kesucianku inilah buah yang kau petik
Maka siapakah di antara kita yang seharusnya dihardik?”
Maka siapakah di antara kita yang seharusnya dihardik?”
Maka adakah orang yang tersadar sebelum musibah itu terjadi, dan
sebelum kecelakaan itu menimpa? Mengapakah kita tidak mengambil
pelajaran dari orang lain. Apakah kita menunggu untuk dijadikan
pelajaran oleh orang lain? Keluarkanlah piringan-piringan yang
disodorkan oleh bangsa Barat busuk itu, yang lalu disimpan oleh
rumah-rumah kalian. Apakah kalian menunggu sampai putri kalian keluar
dengan teman laki-lakinya meskipun kalian tidak suka? Apakah kalian
ingin ia membawa teman laki-lakinya itu ke rumah? Inilah yang diajarkan
oleh “satelite” itu, maka sadarlah..!
Sekalipun musibah yang ditimbulkan oleh “satelite” ini begitu besar, namun ia mulai nampak remeh di depan fitnah internet!
Ini membuktikan kebenaran hadis Rasulullah
shollallaahu’alayhiwasallam: “Akan datang fitnah-fitnah yang
sebagiannya membuat sebagian yang lain menjadi nampak kecil”.
Maksudnya, setiapkali datang suatu fitnah, maka fitnah yang sesudahnya
membuatnya nampak remeh, dan kelihatan kecil padahal tidak kecil. Tapi
karena begitu besarnya fitnah yang datang kemudian itu.
Apakah kalian tahu, apa internet itu?
Ia adalah alat yang menghubungkanmu dengan dunia, dari utara sampai
selatan, dari timur ke barat. Maka kamu bisa membaca apa saja yang kau
mau. Kamu bisa masuk ke saluran apa saja yang kau suka. Di dalamnya ada
pemandangan dan perkataan apa saja tanpa batas. Internet ini sudah
sedemikian banyak menghancurkan pemudi-pemudi. Maka berubahlah tingkah
laku mereka. Mulailah mereka menjalin pertemanan dengan pemuda-pemuda
melalui chat. Dan mulailah terjalin hubungan yang maksud di belakangnya
tidak lain adalah perbuatan keji dan merusak kehormatan.
Maka wahai orang-orang yang memiliki kecemburuan, bagaimana kalian
bisa mengizinkan putri-putri kalian menceburkan diri dalam lautan
internet? Di manakah sikap melindungi kalian? Di manakah kecemburuan
kalian? Di manakah kesatriaan kalian? Tidak cukupkah kerusakan yang ada
di jalan-jalan sekeliling, sehinga kalian menyodorkan untuk putri
kalian kerusakan seluruh dunia (yang ada di internet -pent)?
Dan yang mengherankan juga adalah orang yang mengizinkan
perempuan-perempuannya masuk ke kafe-kafe internet dengan alasan
membuat kajian sekolah. Bagaimana engkau mengizinkan
wanita-wanita-muhrim-mu untuk berikhtilat dengan pemuda-pemuda kafe
yang sebagian besarnya datang tidak lain untuk berbuat kerusakan dan
berselancar di situs-situs kehinaan??
Dan salah satu hal yang sudah umum dan jamak, yang merobohkan
prinsip dan nilai, yang orang tak lagi bisa berkata apa-apa tentangnya
dan menciut sudah semua ungkapan di hadapannya: mengizinkan anak-anak
perempuan untuk berikhtilat di sekolah ataupun di tempat kerja!
Dan masalah ini, apa yang harus kita katakan tentangnya dan apa yang
seharusnya tidak kita katakan? Dan bagaimana kita memulainya dan di
mana kita akan selesai? Semua yang berkaitan dengannya membuat sedih.
Dan semua yang berkenaan dengannya membuat pedih.
Malam penuh duka ataukah pagi yang sarat dengan pilu
Sungguh, betapa banyak yang berlaku buruk padamu, wahai negriku
Kuratapi kaumku atau kudiamkan saja rasa sakitku
Sebuah duri di tenggorokanku dan setumpuk gunung dalam hatiku
Sungguh, betapa banyak yang berlaku buruk padamu, wahai negriku
Kuratapi kaumku atau kudiamkan saja rasa sakitku
Sebuah duri di tenggorokanku dan setumpuk gunung dalam hatiku
Sesungguhnya ikhtilat adalah sebab setiap keburukan, dan pengantar
menuju hilangnya kehormatan dan lenyapnya kemuliaan. Berapa banyak
pemudi yang ketika masuk (sekolah atau tempat kerja -pent) berpakaian
sopan, namun kemudian bertabarruj. Yang tadinya cerdas, namun kemudian
dihinggapi kebodohan. Tidakkah walinya menanyakan dirinya sendiri
apakah sebab itu semua? Ataukah sebenarnya dia melihat namun kemudian
memejamkan mata. Karena terpikir olehnya untuk bisa memetik hasil gaji
putrinya, atau terlepas dari kewajiban memberinya nafkah, atau alasan
lain yaitu “ad dayatsah”.
Demi Allah, bagaimana dengan seorang perempuan yang berikhtilat
dengan seorang laki-laki asing, apakah mungkin kalau ia tidak akan
cenderung pada laki-laki itu? Seorang pemudi duduk bersama seorang
pemuda dalam satu kamar atau satu ruang pertemuan, apakah engkau tidak
mengira bahwa sebenarnya engkau menuntutnya untuk melakukan suatu hal
yang mustahil?
Sesungguhnya ikhtilat itu mengakibatkan kecenderungan. Dan
kecenderungan itu membuahkan hubungan haram yang setelahnya si pemudi
itu akan menuai kerendahan dan kehinaan. Bagaimana seorang yang
membiarkan perempuannya di tengah-tengah anak muda bisa menilai dirinya
sebagai seorang laki-laki? Sedang anak-anak muda itu mencium aroma
wangi perempuannya itu, menikmati merdu suaranya dan memperhatikan
setiap gerak-geriknya? Apakah ini bukan “dayaatsah”?
Rasulullah shollallahu’alayhiwasallam bersabda: “Tidak akan masuk
sorga seorang laki-laki dayyuuts”. Dan “dayyuuts adalah orang yang
tidak punya rasa cemburu sedikitpun terhadap muhrim-muhrimnya.
Mengapakah sebagian orang menjadi sedemikian buta dan tuli?
Awas wahai orang yang lalai! Putrimu duduk bersama para lelaki!
Tahukah kamu apa artinya itu? Jangan kalian menuntut sesuatu yang
mustahil dari para wanita yang lemah itu. Perempuan itu perasaannya
sensitif. Bisa saja ia duduk bersama pemuda yang telah mencuri hatinya,
walaupun pemuda itu tidak bermaksud apa-apa. Dan bisa jadi ia adalah
seorang perempuan yang tidak mendapatkan perhatian suaminya. Lalu ia
menemukan seorang yang bersikap mesra kepadanya dan mempermainkan
perasaannya yang sedang kosong, maka iapun tergiring dalam kerendahan.
Maka bertakwalah kepada Allah terhadap qalbunya para perawan
Karena para perawan itu qalbu mereka diliputi kekosongan
Karena para perawan itu qalbu mereka diliputi kekosongan
Sekali kuda jantan meringkik, ia akan didekati kuda betina. Sekali
unta jantan menggeram, ia akan diinginkan oleh unta betina. Dan sekali
kambing jantan mengembik, ia akan diminta oleh kambing betina. Dan dulu
ada pepatah: “kalau kuda jantan meringkik, kuda betina akan menaruh
perhatian padanya”. Lalu bagaimana dengan seorang laki-laki yang duduk
bersama seorang perempuan selama satu tahun penuh, di satu meja dan di
satu majlis?
Jangan kalian bilang seperti yang dikatakan oleh orang-orang bodoh
yang tidak punya sikap kesatriaan: ini adalah berburuk sangka.
Sesungguhnya ini adalah kenyataan yang sebenarnya. Maka bilang saja:
kami sudah ciut, dan tak lagi mampu menghantam para penganut kebatilan.
Dan jangan ia katakan: ini adalah berburuk sangka. Marilah kita
mengakui realitas ini.
Salah satu akibat dari ikhtilat ini adalah hubungan pacaran yang
sudah sedemikian biasa. Bisa jadi engkau tidak dapat menemukan -kecuali
sedikit sekali- laki-laki yang tidak punya pacar. Pacaran sudah begitu
menyebar, perselingkuhan sudah sedemikian banyak, perilaku bodoh
semakin meningkat khususnya di antara para suami istri. Siapa yang
membuka telinganya untuk mendengar keluhan banyak orang, akan
mengetahui apa yang tidak diketahui oleh orang lain.
Apakah kalian tahu bahwa sudah biasa untuk sebagian orang, kalau
laki-laki itu punya selingkuh? Dan ini tidaklah seberapa dibandingkan
musibah orang yang menganggap perempuan yang berselingkuh itu adalah
juga hal biasa! Sedangkan Allah menjadikan sifat-sifat wanita beriman
itu adalah bahwa mereka
“..wanita-wanita yang memelihara diri, bukan pezina dan bukan (pula) wanita yang mengambil laki-laki lain sebagai piaraannya..”
Yaitu sebagai selingkuh dan pacar.
“..wanita-wanita yang memelihara diri, bukan pezina dan bukan (pula) wanita yang mengambil laki-laki lain sebagai piaraannya..”
Yaitu sebagai selingkuh dan pacar.
Para tuan sekalian,
Sesungguhnya orang-orang munafik hendak melepas penutup dari
perempuan-perempuan kalian. Dan para sekularis berusaha siang malam
untuk itu. Salah seorang dari mereka menulis: “Hobiku adalah memacari
perempuan-perempuan dari keturunan baik-baik”. Dan yang lainnya
berkata: “Hendaknya kalian mencari perempuan-perempuan dari keturunan
baik-baik, karena mereka tidak mengidap AIDS”.
Dan kalian tahu apa yang mereka maksud dan yang mereka tuju.
Mereka menghendaki kalian wahai orang-orang yang masih tetap berada
dalam kebaikan! Mereka ingin merendahkan kepala-kepala kalian yang
tegak tinggi itu. Sungguh, betapa bodohnya orang yang menuruti mereka.
Jangan kalian bilang bahwa aku terlalu berlebih-lebihan. Sudah berapa banyak bayi-bayi temuan yang dibuang ke trotoar-trotoar jalan, tong-tong sampah atau pintu-pintu masjid. Sebagiannya bahkan ada yang dibunuh tanpa dosa apa-apa. Apakah ia hasil dari hubungan halal ataukah haram?
Saudara-saudaraku, sesungguhnya kita sedang berada di masa krisis akhlak yang sudah mencapai titik paling nadir!
Jangan kalian bilang bahwa aku terlalu berlebih-lebihan. Sudah berapa banyak bayi-bayi temuan yang dibuang ke trotoar-trotoar jalan, tong-tong sampah atau pintu-pintu masjid. Sebagiannya bahkan ada yang dibunuh tanpa dosa apa-apa. Apakah ia hasil dari hubungan halal ataukah haram?
Saudara-saudaraku, sesungguhnya kita sedang berada di masa krisis akhlak yang sudah mencapai titik paling nadir!
Maka apakah kita sedang menunggu hari di mana seorang laki-laki
berusaha mencari istri yang terjaga iffahnya namun tidak ia temukan?
Sebagian wanita sudah kehilangan rasa malu akibat kelemahan mereka dan
tidak adanya orang yang mengawasi. Sebagian mereka ketika sampai di
tempat studi yang tidak jelas, menanggalkan hijab syar’iy yang mereka
kenakan sebagai penutup kemudian bertabarruj seperti wanita-wanita
rendahan. Apa yang mendorong mereka melakukan hal itu? Lemahnya
pendidikan dan minimnya pengawasan.
Bocah-bocah perempuan di sekolah menenteng-nenteng handphone! Untuk apa? Kenapa? Pertanyaan-pertanyaan yang butuh jawaban.
Kita harus mengkoreksi diri dalam mendidik putri-putri kita. Karena sesungguhnya pendidikan itu adalah batu dasar pertama sebuah perilaku yang baik.
Kita harus mengkoreksi diri dalam mendidik putri-putri kita. Karena sesungguhnya pendidikan itu adalah batu dasar pertama sebuah perilaku yang baik.
“Kalau luka yang sudah dibalut menjadi rusak
Jelas sudah kalau si tabib menyepelekan”
Jelas sudah kalau si tabib menyepelekan”
Periksalah buku-buku putri kalian dan perhatikan isi tas sekolah
mereka. Bukan untuk mencurigai. Akan tetapi untuk sungguh-sungguh
menjaga benteng ini jangan sampai ia dipanjat orang. Dan jangan sampai
kehormatan ini direndahkan orang. Rasulullah shollallahu’alayhiwasallam
bersabda: “Cukuplah menjadi dosa bagi seseorang, dengan tidak
mempedulikan orang-orang yang ia tanggung nafkahnya”.
“Kalaulah seorang itu terjaga kehormatannya
Maka pakaian apapun yang ia kenakan, indah rupanya
Dan kalau kau tak pernah menganjurkan dirimu berbuat kebaikan
Maka tidak ada jalan bagimu untuk mendapatkan baiknya pujian”
Baarokallaahu lii wa lakum fil qur`aanil ‘azhiim…
(Bersambung insya Allah)
Diterjemahkan oleh tim redaksi akhwat.web.id dari tautan: http://www.salemalajmi.com/main/play.php?catsmktba=138
Tidak ada komentar:
Posting Komentar