Oleh: Syaikh Salim al ‘Ajmiy hafizhohullaah.
Segala puji bagi Allah di bumi dan langit-Nya. Pengabul doa orang
yang berdo’a dengan nama-nama-Nya. Yang hanya Dia yang memiliki
kemampuan penakluk. Dan hanya Dia yang memiliki kekuatan tak
terkalahkan. Dialah Allah yang tiada sembahan yang haq selain-Nya.
Baginya segala puji di dunia dan di akhirat.
Dia telah memberi hamba-hamba-Nya petunjuk, dengan keimanan, kepada
jalan kebenaran. Dan memberi mereka tawfiq kepada bekal paling
bermanfaat di akhirat. Hanya Dialah yang mengetahui yang ghaib.
Sehingga Dia mengetahui yang disimpan ataupun diungkapkan oleh setiap
hamba-Nya. Bertasbih kepada-Nya segala sesuatu di langit dan bumi dan
begitu juga burung-burung yang mengembangkan sayapnya. Dia Maha Tahu
sholat dan tasbih mereka semua.
Semoga sholawat dan salam senantiasa Allah limpahkan kepada orang
yang telah Ia angkat dengan pilihan-Nya ke tempatnya yang tinggi. Dan
yang telah Ia utus kepada seluruh manusia dengan agama yang lurus dan
hanif. Dan yang telah ia jadikan sebagai manusia paling mulia di antara
orang-orang yang terdahulu dan yang akan datang. Dan telah Ia kirimkan
dengan petunjuk dan agama kebenaran untuk Ia jayakan agama itu di atas
agama-agama lain, walaupun orang-orang musyrik membencinya.
Amma ba’du.
Sesungguhnya Allah subhaanahu wa ta’aalaa dengan ketinggian
hikmah-Nya dan kesempurnaan nikmat-Nya, telah memuliakan agama Islam
dan mensucikannya dari kotoran. Dan telah menjadikan penganutnya
sebagai umat terbaik untuk seluruh manusia. Serta telah menjadikan para
wali-Nya sebagai sebaik-baik dan sedekat-dekatnya hamba. Mereka
memelihara batasan-batasan-Nya dan bersabar. Mereka menyeru manusia
kepada-Nya dan memberi peringatan. Dan mereka itu takut kepada Tuhan
yang ada di atas mereka serta mengerjakan apa yang diperintahkan.
Dengan ayat-ayat Tuhan mereka beriman. Kepada keridhoan-Nya mereka
bergegas. Dan terhadap orang-orang yang keluar dari agama-Nya mereka
berjihad. Serta kepada para hamba-Nya mereka bersungguh-sungguh untuk
bersikap tulus. Dan di atas ketaatan kepada-Nya mereka bersabar. Kepada
Tuhan mereka bertawakkal. Dengan akhirat mereka beriman. Mereka itulah
yang berada di atas petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang
beruntung.
Namun ada sebagian orang yang telah Allah angkat derajat mereka
dengan Islam, tapi mereka malah menghendaki kehinaan dengan menyimpang
dari jalan yang lurus. Dan sebagian orang yang telah diberikan cahaya
dalam menempuh jalan kehidupan ini, malah menghendaki hidup dalam
kegelapan.
“Adalah suatu keanehan, dan yang aneh itu berupa-rupa
Yang dibutuh dekat tapi tak terjangkau dia
Bak unta mati kehausan di padang sahara
Padahal air di punuknya ia bawa-bawa”
Yang dibutuh dekat tapi tak terjangkau dia
Bak unta mati kehausan di padang sahara
Padahal air di punuknya ia bawa-bawa”
Kenyataan tragis dan buruk yang kita temukan sekarang membuat kita khawatir akan masa depan.
Mesti kita akui bahwa kita terhanyut dalam arus yang silih berganti. Arus yang satu lebih kuat dari yang lain.
Dan para musuh kebaikan terus saja berusaha mendapatkan cara dan
taktik untuk mengeluarkan para wanita Islam dari pagar iffah dan
kemuliaan ke lumpur kebejatan dan kotoran.
Musibah yang lebih besar dan kengerian yang lebih dahsyat adalah
bahwa banyak orang yang tertipu dengan taktik-taktik,
kebatilan-kebatilan dan rencana-rencana jahat mereka. Maka norma-norma
dasar pun roboh dan rasa cemburu menjadi lemah. Dan yang membuat hati
bertambah duka dan sedih adalah bahwa sebagian orang bahkan
menghanyutkan diri mereka dalam arus yang menyimpang ini dengan sengaja
dan sadar atas kehancuran yang diakibatkannya. Sedang sebagian yang
lain telah dihinggapi kelalaian sehingga tak ada kesadaran ataupun
pikiran.
Kalau kau tidak tahu maka itu adalah petaka
Sedang jika kau tahu maka petakanya lebih besar lagi jadinya
Sedang jika kau tahu maka petakanya lebih besar lagi jadinya
Sudah pasti dan tak diragukan lagi, bahwa marabahaya yang sekarang
ini kita sedang ada di dalamnya, hanyalah sebuah pendahuluan atas
bahaya-bahaya lain yang lebih besar dan lebih dahsyat lagi, selama kita
masih saja terus lalai.
Sekarang ini para wanita sudah sangat meremehkan perkara hijab. Dan
akibat di belakang itu hanyalah banyaknya keburukan-keburukan yang
mereka lakukan, pelanggaran batasan-batasan adab dan moral, dan
kefasikan-kefasikan serta kerusakan. Ini adalah hal yang nampak jelas
bagi semua orang.
Maka apa yang akan kita bicarakan? Dan dengan apa kita memulai?
“Kalau hanya satu panah tentu bisa kuhindari
Tapi ini satu panah, dua, tiga, bertubi-tubi”
Tapi ini satu panah, dua, tiga, bertubi-tubi”
Dan keadaan para wanita yang kita lihat sekarang ini tidak akan
menjadi sedemikian rupa kalau di belakang itu tidak ada para laki-laki
yang bersikap meremehkan, yang sudah melemah tekad mereka dan
mengabaikan tanggungjawab, kemudian mulai mengangguk-anggukkan kepada
terhadap apa yang mereka sadari sebagai hal yang tidak pantas,
kebobrokan dan kehinaan..!!
Baru kemarin mereka adalah laki-laki di medan perang, para
penunggang kuda gagah perkasa di medan laga, namun ketika terbit
mentari pagi kenyataan menyakitkan ini, tiba-tiba mereka melepaskan
pedang penentangan, menurunkan bendera kehormatan dan puas dengan
hal-hal rendahan, lalu mengumumkan kekalahan dengan malu-malu.
Duhai betapa ruginya, umat yang kehilangan para jagoannya pada saat ia sedang sangat membutuhkan mereka.
Sebagian wanita sudah sampai menjadikan pasar-pasar sebagai tempat
rekreasinya. Merekapun keluar dari satu pasar untuk masuk ke pasar yang
lain.
Bersenda gurau dengan para penjual, berpakaian terbuka dan bermake-up wajah dan kulit.
Apakah laki-laki itu tidak bertanya pada dirinya sendiri, untuk
siapa para istrinya itu berbuka-bukaan dan untuk siapa mereka berhias?
Tidakkah hatinya bergeming sedikitpun karena cemburu atas para wanitanya?
Yang lebih ngeri lagi adalah bahwa wanita itu pergi sendirian pada
waktu seperti itu, yang amat banyak petakanya dan meluas bahayanya.
Tanyalah pada dirimu sendiri, untuk siapa dia berhias? Untuk siapa dia berbuka-bukaan? Apa yang dia inginkan?
Kalau setiap kita mengklaim istrinya sebagai orang yang dapat
dipercaya, kalau begitu, lalu perempuan-perempuan yang memenuhi
pasar-pasar dan meramaikan jalan-jalan itu, anak-anak perempuan siapa?
Pembuatan berbagai macam model pakaian sudah dimulai di tangan para
musuh kebaikan. Setiap hari, pakaian yang mereka buat semakin minim dan
semakin jauh dengannya sikap iffah. Namun sangat disayangkan, mereka
masih saja mendapatkan orang-orang yang mengikuti mereka.
Maka muncullah pakaian-pakaian pendek dan celana-celana yang menjijikkan serta baju-baju yang mencoreng iffah..!!
Dan ketika tidak mampu mempengaruhi sebagian orang baik-baik, mereka
masuk melalui pakaian-pakaian tabarruj yang dinamai dengan selain
namanya. Muncullah “‘abaa`atul katif”, dan “abaya islami” serta cadar
(tipis) yang pada hakekatnya tidak lain adalah “tabarruj berkaleng”
yang disebut penutup padahal tidak.
Apakah ‘abaa`atul katif itu menutupi tubuh? Dan apakah abaya islami itu -seperti yang mereka klaim- mencegah fitnah?
Yang menjadi petaka adalah bahwa sebagian wanita menjadikannya
sebagai cara menimbulkan fitnah. Mulailah mereka bermodel-model membuat
bordiran dan kilapan. Kemudian abaya itu dikenakan dengan tutup kepala
yang berkilau dengan tulisan nama di atasnya..!
Ah.., di manakah para lelaki yang punya rasa cemburu?
“Jika suatu kaum mendapat petaka pada akhlaknya
Maka kumpulkanlah orang untuk menangisi mereka”
Maka kumpulkanlah orang untuk menangisi mereka”
Dan sebagian orang menganggap berkendaraannya seorang perempuan
sendirian dengan seorang supir, sambil supir itu bersenang-senang
dengan si perempuan ke mana-mana, sebagai perkara remeh.
Kemana perempuan itu pergi?
Dan yang parah lagi, apa yang kita saksikan mulai banyak menyebar di
jalan-jalan. Yaitu berkendaraannya seorang perempuan di samping supir,
berdampingan. Bukankah supir itu seorang laki-laki?
Bagaimana kalian ini?
Seorang laki-laki dari arab pedalaman keluar dalam suatu perjalanan.
Ketika ia sampai di sebuah sungai, ternyata di situ ada seorang
perempuan yang menyingkap rambutnya. Kemudian perempuan itu menggoda si
laki-laki dan berkata: kemarilah! Laki-laki itu berkata: sesungguhnya
aku takut kepada Allah Tuhan semesta alam. Maka perempuan itu
mengenakan jilbabnya dan pergi dengan rasa takut dan cemas. Si
laki-laki mengikutinya sampai perempuan itu tiba di perkemahan
keluarganya. Si laki-laki bertanya tentang perempuan itu, maka ia pun
diberitahu siapa ayah perempuan itu. Perempuan itu kemudian ia lamar
dan ia nikahi. Lalu ia berkata: siapkanlah ia sampai aku kembali dari
perjalananku. Ketika laki-laki itu masuk menemui si perempuan, setelah
beberapa waktu, ia berkata: apa maksud kamu menggoda saya ketika itu?
Perempuan itu berkata: janganlah kamu heran dengan seorang gadis
yang berkata: aku berhasrat padamu! Demi Allah, kalau memang ia sedang
berhasrat pada seorang laki-laki hitam, maka laki-laki itulah
hasratnya.”
Maka janganlah kalian berkata dengan perkataan orang-orang bodoh,
bahwa supir itu bukan orang apa-apa. Karena berapa banyak wanita yang
berkedudukan tinggi, jatuh di lumpur para lelaki rendahan yang bejat.
Dan sebagian wanita pergi dengan pakaian terbuka tanpa kendali dan
aturan. Keluar kapan saja, masuk kapan saja semaunya. Apakah si
laki-laki itu tidak bertanya pada dirinya sendiri, kemanakah istrinya
pergi? Apakah mungkin laki-laki itu tidak tahu? Ataukah dia tahu tapi
dia sudah sedemikian mengalah.
Sebagaimana sebagian pria juga tidak merasa enak untuk keluar
bersama istrinya kecuali kalau istrinya itu berpakaian terbuka dan
mutabarrij, dengan menyingkapkan wajah dan keindahan tubuhnya. Bukankah
orang seperti ini keadaannya seperti orang yang berkata pada orang
banyak: hei, kemarilah dan lihatlah istriku dan kehormatanku.
Pemelihara kemuliaan dan kelaki-lakianku!
Duhai betapa mengherankannya!! Apakah seorang laki-laki bisa
menjadikan kemuliaan dan kehormatannya sebagai barang pameran yang bisa
dilihat dengan murah, bahkan gratisan..!
“Serigala-serigala itu hanya menerkam yang tak ada anjing penjaganya
Dan mereka akan menghindar dari kandang yang ketat penjagaannya”
Dan mereka akan menghindar dari kandang yang ketat penjagaannya”
(Bersambung insya Allah)
(Diterjemahkan oleh redaksi akhwat.web.id dari tautan: http://www.salemalajmi.com/main/play.php?catsmktba=138)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar