Oleh : Asy Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan hafizhahullah
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam yang telah menjadikan umat
ini sebagai umat terbaik yang pernah dimunculkan di tengah manusia. Aku
bersaksi bahwa tiada sesembahan yang benar kecuali Allah semata, tiada
sekutu bagi-Nya, Rabb manusia, penguasa dan sesembahan manusia. Aku pun
bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Shalawat dan salam
terlimpahkan kepada beliau, keluarga dan sahabat beliau yang memiliki
keberanian dan kekuatan.
Selanjutnya. Wahai manusia, bertakwalah kepada Allah Ta’ala
dengan melakukan perintah, menjahui larangan dan mensyukuri nikmat-Nya.
Pegangilah tangan pemuda dan bimbinglah mereka dengan pengarahan yang
baik. Sesungguhnya Allah telah menyerahkan tanggung jawab mereka kepada
kalian. Maka setiap dari kalian itu adalah pemimpin dan setiap dari
kalian akan ditanya (Allah) tentang yang dipimpinnya.
Wahai hamba-hamba Allah, sesungguhnya para pemuda itu adalah tiangnya
umat, mereka adalah generasi penerus dan dari merekalah akan berdiri
bangunan umat ini. Dari mereka akan muncul para ulama, pembimbing umat,
para mujahid, dan para teknokrat. Bila mereka menjadi pemuda yang shalih
maka akan menjadi penyejuk mata bagi orang tua mereka yang masih hidup
dan menjadi pahala yang terus mengalir bagi orang tua mereka yang telah
meninggal dunia. Mereka akan saling bertemu bila kesemuanya masuk ke
dalam surga.
Allah berfirman (artinya) : “Dan orang-orang beriman lalu diikuti
anak keturunannya dalam keimanan, maka Kami pertemukan mereka dengan
anak keturunannya tersebut.” [Ath Thuur : 21 ]
Allah berfirman (artinya) : “Surga ‘Adn yang mereka masuk ke
dalamnya bersama orang-orang shalih dari kalangan bapak-bapak,
istri-istri dan anak keturunan mereka. Para malaikat menyambut mereka di
setiap pintu surga.” [Ar Ra’d : 23]
Karena itu, perhatian para nabi ‘alaihimus Salaam sangat diarahkan kepada anak keturunan mereka sebelum lahir. Inilah Nabi Ibrahim Al Khalil ‘alaihis Salam yang berdoa (artinya) : “Ya Rabbku, jadikanlah aku sebagai orang yang menegakan shalat dan juga demikian bagi anak keturunanku.” [Ibrahim : 40]
Inilah Nabi Zakariya ‘alaihis Salaam yang berdoa (artinya) : “Ya Rabbku, anugerahkanlah bagiku anak keturunan yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa hamba-Mu.” [ Ali Imran : 38]
Hamba yang shalih pun berdoa (artinya) : “Ya Rabbku, limpahkanlah
anugerah untuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu, berbakti kepada
kedua orangtuaku, beramal shalih yang Engkau ridhai dan perbaikilah anak
keturunanku.”[Al Ahqaf : 15]
Dahulu para salaf ash-shalih memberikan perhatian kepada anak-anak
mereka sejak usia dini. Mereka mengajari dan menumbuhkembangkan
anak-anak di atas kebaikan, menjauhkan anak-anak dari kejelekan,
memilihkan guru yang shalih, pendidik yang bijak dan bertakwa untuk
anak-anak. Nabi Shalallahu ‘alaihi Wasallam mendorong para
orang tua untuk memulai dengan pendidikan agama dan akhlak kepada
anak-anak sejak usia tamyiz. Beliau bersabda (artinya) : “Perintahkanlah
anak-anak kalian untuk mengerjakan shalat pada usia 7 tahun. Pukullah
mereka (bila meninggalkan shalat) pada usia 10 tahun. Pisahkanlah tempat
tidur mereka (di usia tersebut).”
Wahai hamba-hamba Allah, sesungguhnya pemuda umat ini bila rusak maka
robohlah bangunan umat ini. Musuh-musuh Islam akan menguasai mereka.
Selanjutnya akan sirnalah keberadaan umat ini. Diantara hal yang
menyayat hati dan membuat mata kita menangis adalah apa yang kita
saksikan dari kebanyakan pemuda saat ini. Mereka berani kepada orang
tuanya, akhlaknya bejat, agamanya rusak, bergerombol di jalan-jalan
setelah waktu ashar sampai penghujung malam untuk melakukan kesia-siaan
dengan mobil mereka (kalau di negeri kita-motor-pent.), menggangu
pengguna jalan dan penduduk, mengundang bahaya bagi orang lain,
meninggalkan shalat bahkan mengganggu kekhusyu’an orang shalat,
keburukan menyelimuti mereka, menyebarnya rokok dan narkoba, buruknya
akhlak dan terjerumus dalam kekejian.
Keburukan telah berhasil membeli mereka, bahaya telah mengancam,
mereka telah berani melawan orang yang menasehati dan melarang perbuatan
mereka.
Hendaknya kalian bertakwa kepada Allah, wahai hamba-hamba Allah.
Ketahuilah bahwa kalian sedang berada di masa yang penuh dengan
kerusakan. Kalian hidup di tengah-tengah musuh. Orang-orang jahat
menebarkan kerusakan di tengah-tengah kalian dalam bentuk makar yang
halus dan tipu daya yang jahat. Ketahuilah bahwa perbendaharaan dan
kekayaan terbesar yang kalian hasilkan di dunia ini setelah amal shalih
adalah anak-anak kalian. Di dalam sebuah hadits, Nabi Shalallahu ‘alaihi Wasallam bersabda (artinya) : “Bila
anak cucu Adam meninggal dunia, maka terputuslah pahala amal shalihnya,
kecuali pahala dari 3 hal : shadaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat,
atau anak shalih yang mendoakan kebaikan untuk orang tuanya.”
Sesungguhnya anak-anak itulah yang akan menjaga kalian setelah kalian
berusia lanjut dan lemah. Merekalah yang akan mengganti kalian untuk
menjaga kehormatan kalian. Mereka lebih bermanfaat bagi kalian daripada
harta kalian. Lalu bagimana kalian bisa menyia-nyiakan urusan mereka dan
tidak peduli terhadap mereka?!
Seseorang menyesal dan minder takala melihat orang-orang kafir mampu
memperhatikan pendidikan anak-anaknya dengan materi duniawi, tidak
membiarkan anak-anaknya berkeliaran dijalan-jalan, tidak membiarkan
anak-anaknya menganggur, bahkan mengatur kehidupan anaknya dengan
tertib. Adapaun kebanyakan kaum muslimin, mereka tidak memberikan
perhatian kepada anak-anaknya kecuali sebatas memberi nama ketika lahir,
memberi makan, minum, pakaian, dan tempat tinggal lalu tidak mengerti
apa yang harus dilakukan setelah itu. Bahkan sebagian kaum muslimin
menyediakan sarana-sarana kerusakan untuk anak mereka. Mereka memenuhi
saku anak-anaknya dengan uang, memberikan mobil mewah (kalau di negeri
kita-motor mahal-pent.), memenuhi rumah dengan alat-alat musik, film
yang tidak bermoral, sehingga jangan engkau tanya lagi bagaimana
pertumbuhan anak-anak yang mendapatkan sarana-sarana tersebut berupa
kebejatan akhlak, kerusakan pola pikir, moral binatang yang melampaui
batas. Jangan engkau tanya pula tentang dosa yang ditimpakan kepada
orang tua mereka, penyesalan yang dirasakan orang tua tatkala didurhakai
sang anak, tidak mendapatkan kebaikan dari sang anak tatkala orang tua
tersebut berusia lanjut dan sedang butuh terhadap anaknya. Sesungguhnya
balasan itu sesuai dengan jenis perbuatannya. Sebenarnya Allah telah
mewasiatkan kepada anak-anak untuk membalas kebaikan orang tua dengan
berbakti saat orang tua mereka berusia lanjut.
Allah Ta’ala berfirman (artinya) : “Dan Rabbmu telah
menetapkan agar kalian tidak beribadah kecuali hanya kepada-Nya (Allah)
dan (agar) kalian berbakti kepada orang tua. Bila salah satu atau kedua
orangtuanya telah berusia lanjut maka janganlah engkau mengatakan ‘ah’
kepada keduanya dan jangan pula membentak. Namun katakanlah kepada
keduanya dengan perkataan yang mulia. Rendahkanlah sayap kepatuhan
kepada keduanya karena kasih sayang dan ucapkanlah : “Ya Rabbku,
rahmatilah kedua orang tuaku sebagaimana keduanya dahulu menyayangi
aku.” [Al Israa’ : 23-24]
Allah memerintah seorang anak untuk senantiasa mengingat kebaikan
kedua orang tua saat anak tersebut (dahulu) lemah dan masih kecil, agar
dapat membalas kebaikan kedua orang tuanya tersebut saat keduanya lemah
dan berusia lanjut. Lalu bagimana bila sang anak tidaklah mengingat
kedua orangtuanya melainkan kesia-siaan, kejelekan, dan pendidikan yang
rusak yang diberikan kedua orang tuanya? Apa yang dilakukan sang anak
untuk membalas hal itu?
Maka bertakwalah kepada Allah, wahai hamba-hamba Allah. Ketahuilah
bahwa anak itu adalah amanah bagi kalian. Bertakwalah kepada Allah
terhadap anak dan amanah. Allah berfirman (artinya) : “Wahai orang-orang
beriman, janganlah kalian mengkhianati Allah, rasul-Nya, dan amanah
yang dibebankan kepada kalian dalam keadaan kalian mengetahui.
Ketahuilah bahwa harta dan anak itu adalah ujian bagi kalian. Di sisi
Allah-lah pahala yang sangat besar.” [Al Anfaal : 27-28]
Dialihbahasakan dari salah satu khutbah beliau yang dihimpun di dalam
kitab “Al Khuthab Al Minbariyah fil Munasabatil ‘Ashriyah’ dengan
beberapa perubahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar