perhatikanlah sejenak, saudaraku
wahai penegak khilafah.
adakah disismu uang ?
berapa rupiahkah ia ?
dari seribu sampai seratus ribu
tidak
kau pernah memperhatikannya ?
sudut
kanan atas
dimana
simbol itu berada
ya..
kau benar !
burung
garuda-lah simbol itu !
negara
yang berlambang pancasila
yang
ingin kau ubah menjadi negara islam
tidak..
tidak
wahai saudaraku !
bukan
aku menolak untuk mendirikan khilafah
coba
engkau renungkan barang sejenak
lihatlah
siapa diri kita ?!
ibu
kita melahirkan dengan selamat
atas
kebaikan siapa ?
kita
dapat bersekolah
SD,
SMP, SMA atau bahkan hingga UNIVERSITAS
yang
mana kita menikmati fasilitasnya
dengan
segala beasiswanya
kita
terus kejar siang malam
atas
kebaikan siapa ?
engkau
gaungkan demonstrasi
sana
sini kau teriakkan khilafah
pernahkah
terbetik dalam hatimu ?
bukankah
demonstrasi ciri dari negara demokrasi ?
lalu
untuk apa kau inginkan khilafah
jika
yang engkau koarkan demokrasi ?!!
ayo
lahh.. ku ajak kau berfikir waras
merenunglah
sejenak
apakah
mungkin sebuah bangunan berdiri tanpa pondasi ?
ataukah
mungkin kau yang berimajinasi ?
ingatlah,
yaa ikhwah !
negara
ini akan tetap bobrok
selagi
masyarakatnya bobrok
sebagaimana
engkau !
engkau
tidak akan pernah sadar
bahwa
khliafah itu
penting
hingga engkau belajar
begitu
pun mereka !!!
percuma
saja engkau berteriak
koar-koar
layaknya orang kesurupan
jika
yang kau teriaki tak mengerti
apa
maksud tujuanmu
lantas,
apakah bom yang akan menjadi
andalanmu
melawan mereka ?
jika
kau masih saudaraku, maka dengarlah !!
sabda
nabi yang mulia
Hancurnya
dunia lebih ringan di sisi Allooh
dibandingkan
terbunuhnya seorang muslim.[*]
aku
tak rela jika kau bunuh saudaraku
aku
tak rela jika kau hina pemimpinku
aku
tak rela jika kau merusak negaraku
dan
aku tak rela jika engkau
menjadi
anjing-anjing neraka !!!
ku
harap kau mengerti,
wahai
pemilik hati
========================================================================
[*]
Shahîh. HR an-Nasa`i (VII/82), dari ‘Abdullah bin ‘Amr. Diriwayatkan juga oleh
at-Tirmidzi (no. 1395). Hadits ini dishahîhkan oleh Syaikh al-Albani dalam
Shahîh Sunan an-Nasa`i dan lihat Ghayatul- Maram fi Takhrîj Ahadîtsil-Halal
wal-Haram (no. 439).
[**] Dikutip dari Abu Zulfa Alif Al Maghtaniy
Tidak ada komentar:
Posting Komentar