الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على محمد رسول أمين، أما بعد
Berikut ini adalah dialog antara Asy-Syaikh Al-Fadhil Al-Walid Muhammad bin Abdillah Al-Imam hafizhahullah dengan Yang Terhormat Bapak Ahmad Zain Al-Huda -barakallahu fiih- utusan dari Kedutaan Besar Republik Indonesia. Terselenggara pada hari Senin 12 April 2010 di Ma’had Darul Hadits Ma’bar, Republik Yaman.Bapak Ahmad: Wahai Syaikh, kami datang dari Kedutaaan Indonesia yang pertama bermaksud berkunjung kepada Asy-Syaikh, dan kedua melihat kondisi para pelajar Indonesia yang berada di Ma’bar.
Selanjutnya, kami memohon kepada Asy-Syaikh untuk menyampaikan penerangan dan penjelasan terkait dengan kondisi terbaru dalam masalah politik di Yaman, karena seperti yang telah kami ketahui bahwa politik dan keamanan di Yaman telah terjadi padanya beberapa peristiwa. Apakah keadaan yang kurang nyaman dan kurang aman ini akan merugikan para pelajar? Dan masalah visa demikian dipersulit ketika kita sampai di bandara (Shan’a).
Asy-Syaikh Muhammad Al-Imam hafizhahullah:
الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على محمد رسول الله وأشهد أن لا اله إلا الله وأشهد أن محمدا رسول الله، أما بعد
Terkait dengan para pelajar Indonesia di tempat kami di sini, maka mereka sebenarnya sedikit tidak seperti yang mungkin terbayang.Kedua: Para pelajar Indonesia adalah pelajar yang paling tenang dan paling beradab dibanding lainnya, dan mereka juga paling semangat menerima arahan yang diberikan, demikian juga mereka itu paling semangat untuk menggali ilmu dan menyibukkan diri dengannya dibanding yang lainnya. Ini yang terkait dengan diri para pelajar.
Adapun yang terkait dengan kondisi di Yaman, hal ini juga dikenal dengan perkara politik dan pihak-pihak yang menginginkan kedudukan dan berlomba mengejar kekuasaan, kursi serta harta dll.
Dakwah kami -dengan memuji Allah Rabb semesta alam- adalah dakwah yang menjelaskan kepada manusia apa yang wajib mereka lakukan dan apa yang berhak mereka dapatkan. Dakwah ini mengingatkan manusia dari berbagai macam fitnah dam ujian, terkhusus fitnah kekuasaan. Maka sesungguhnya sejarah islam telah penuh dengan timpaan bencana dan ujian yang turun kepada kaum muslimin disebabkan mengejar kekuasaan dan kepemimpinan.
Maka kami adalah orang yang paling mengasihi dan sayang kepada para kelompok dan orang-orang yang menempuh cara itu, yaitu cara-cara peledakan, pengeboman dan penggulingan. (Kami mengingatkan dan menasehati mereka dengan cara yang baik). Dan apapun yang tergambar, orang-orang meodel ini beranggapan bahwa dia telah berada dalam jalan yang benar, semua ini karena agama, dan kenyataannya tidaklah seperti itu. Agama ini tidaklah diperjuangkan dengan cara-cara ini. Dan cara-cara ini hanyalah sekedar yang dipahami oleh para da’i yang berjalan enempuh cara-cara itu. Adapun yang benar adalah Islam tidaklah mengijinkan adanya kelompok-kelompok ini dan apa yang mereka usahakan untuk sampai kepadanya berupa pemberontakan dan penggulingan.
Alhamdulillah, pertama, kami menyeru diri kami dan kedua sekalian manusia, pemerintahnya, rakyatnya, kelompok-kelompoknya untuk menjauh dari perkara-perkara yang menyebabkan pertumpahan darah, menyebabkan nyawa melayang, terganggunya keamanan dan kondisi yang tidak kondusif. Alhamdulillah dakwah kami jelas dan dikenal dalam permaslahan ini. Siapa yang belajar di tempat kami dan mengaplikasikannya sesuai yang diajarkan, maka dia akan menjadi pembuka kebaikan dan penghalang kejelekan dengan izin Allah Ta’ala.
Tidak ada yang perlu ditakutkan dari berpegangnya kaum muslimin dengan agama mereka, yang harus ditakutkan adalah tidak berpegangnya kaum muslimin dengan agama mereka, atau adanya orang yang menjadikan agama ini kedok untuk sampai kepada perkara dan urusan yang pada hakekatnya menyelisihi syari’at Allah Ta’ala dan mengundang fitnah.
Alhamdulillah apa yang kami jalani adalah perkara yang nyata, dakwah kami dan sikap-sikap kami dalam berusaha memperbaiki kondisi negara (masyarakat) adalah perkara yaang jelas. Benar bahwa kami tidak menerima suatu perkara yang menyelisihi syari’at Allah Ta’ala, sama saja hal itu dari pihak pemerintah, atau dari kelompok bahkan kamipun tidak menerimanya meski itu dari sebagian kami. Kami menganggap yang bathil adalah bathil dan maksiat adalah maksiat, dan hak Allah Ta’ala serta jaminan dan janji Allah Ta’ala kepada kami itu lebih besar dibanding hak makhluk. Dan hak Allah Ta’ala lebih dikedepankan dari pada hak makhluk.
Sebagian orang berusaha untuk menjatuhkan kami dalam permasalahan, (mereka berkata): Kenapa kalian tidak berjalan bersama pemerintah? Maka kaami kaataaka kepada mereka: Kami berjalan bersama pemerintah kami dalam perkara yang mencocoki syari’at Allah Ta’ala, maka kami bersama mereka sebagai wujud menjalankan syari’at Allah Ta’ala. Dan yang tidak mencocoki syari’at Allah Ta’ala maka tidak boleh bagi kami untuk berjalan bersama mereka, dan tidak boleh bagi mereka untuk menuntut kami agar bersama mereka dalam perkara yang menyelisihi syari’at Allah Ta’ala. Karena hal itu merupakan tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan. Maka sikap kita tidak sepakat atas beberapa perkara, hal itu disebabkan bahwa hal itu menyelisihi syar’at Allah Ta’ala. Dan hal seperti tidaklah dihitung sebagai celaan terhadap dakwah kita, bahkan kita seharusnya dipuji, karena berjalan bersama al-haq berdii bersama al-haq demi tujuan yang haq -bukan untuk memanfaatkan al-haq demi mencapai bebarapa perkara- adalah perkara yang kita anggap merupakan perkara yaang diwajibkan oleh Allah Ta’ala atas kita. Rsulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لا طَاعَةَ لِمَخْلُوقٍ فِي مَعْصِيَةِ الْخَالِقِ
“Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Sang Pencipta (Allah).”Segala puji bagi Allah Ta’ala, kami berjalan bersama masyarakat dan pemerintah kami dengan batasan yang kami mampu sesuai koridor syari’at Allah Ta’ala. Dan ini kami anggap lebih membawa kebaikan bagi kami dan bagi mereka, karena tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan itu akan mendataangkan petaka bagi semua orang. Kalau ulama itu ikut menjadi seperti yang datang dari selain ulama lalu apa manfaat ilmu. Orang belajar agar ia tahu kebenaran dari kebathilan mengetahui yang sunnah dari pada yang bid’ah, mengetahui yang bermanfaat dari pada yang merusak, dan meniti jalan yang mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala.
Bapak Ahmad: Di sana ada tuduhan bahwa ma’had (pondok) yang anda mengajar padanya mengajarkan manhaj (metodologi) terorisme?
Syaikh Muhammad: Semoga Allah Ta’ala memberkatimu. Terkait bahwa kami mengajarkan kitabullah dan sunnah rasul-Nya, dan kami mengajarkan kitab yang mana merupakan penjelasan terhadap kitabullah dan sunnah rasul-Nya. Kitab-kitab ini berisi penjelasan para imam islam dan muslimin, yang mana mereka itu dikenal, masyhur dan menjadi rujukan bagi umat pada jaman dahulu ataupun mendatang. Dan kaitab yang kami ajarkan tidak ada padanya sesuatu yang ditakutkan terhadap aqidah seorang muslim, tidak pula terhadap akhlaqnya, tidak pula terhadap pergaulannya dan tindakannya terkait dengan pemerintah (negara)nya. Tidak ada padanya perkara yang ditakutkan sedikitpun.
Kami katakan: kalau ada yang mengatakan bahwa kami memiliki kitab pelajaran yang perlu dihindari. Kalau datang pihak pemerintah dan berkata bahwa kitab ini ada mafsadatnya terhadap negara oleh karena itu kalian harus melarangnya untuk dipelajari, maka kami siap untuk tidak mengajarkan kitab yaang ada mafsadat terhadap negara. Karena kami melihat bahwa menjaga negara, keamanan dan ketentraman serta kebaikan bagi kaum muslimin adalah jua tanggung jawab atas kita, yang diwajibkan oleh Allah Ta’ala dan bukan karena hal ini diwajibkan oleh seseorang. Atas kita untuk bersemngat untuk menciptakan perbaikan keadaan semampu kita.
Maka kami memandang tuduhan di atas hanyalah sekedar tuduhan belaka seperti pelempar yang melempar dari jauh ke arah yang jauh.
Bapak Ahmad: Apa sikap anda terhadap aksi dan pelaku terorisme?
Syaikh Muhammad: Jika yang dimaukan dengan kata teror di sini adalah peledakan, pengeboman, pemberontakan dan penggulingan pemerintah muslimin dan rakyatnya, maka tidak ada kelompok ataupun jama’ah di muka bumi ini yang menasehati dan menerangkan orang-orang itu dan siapa yang berjalan dengan jalan pengkhianat ini seperti keterangan dan nasehat yang dilakukan oleh ahlus sunnah. Maka kitab-kitab kami, kaset-kaset kami, dan karya tulis kami penuh dengan peringatan dari bencana (teror) ini dan para penyerunya beserta pengusungnya. Kami mengingatkan sebagai bentuk amalan terhadap agama kami bukan karena desakan pemerintah ataupun desakn seseorang. Kami memandang bahwa ajaran kami tidak melegalkan keberadaan tidakan dan kegiatan teror ini, dikrenakan padanya ada keruskan terhadap negara dan umat. Dan sikap kami ini sudah dikenal di sisi pemerintah kami, juga sudah masyhur di dunia.
Bapak Ahmad: Apakah anda merasa bahwa di sana ada tekanan dari penguasa terhadap ma’had anda yang mulia ini?
Syaikh Muhammad: Terkait dengan pemerintah, ketika terjadi kejadian semacam teror -yang hakekatnya itu adalah kepanjangan tangan dari negara kafir yang telah di ketahui peperangannya terhadap islam- maka mereka berusaha untuk mencurigai kami dengan suatu tuduhan, dan melemparkan tuduhan dengan apa yang mereka lemparkan. Semua itu dilakukan dalam bentuk peperangan tehadap islam bukan hanya sekedar ketakutan terhadap tindakan peledakan dan pengeboman, yang mana kami sendiri mengingatkan umat dari kegiatan seperti ini sebagai amalan agama kami dalm rangka menjaga keamanan dan ketentraman.
Maka pihak-pihak asing ini, di sebagian waktu melakukan tekanan yang lebih kepada pemerintah, entah terhadap pemerintah Yaman atau pemerintah negara muslim yang lain. Mereka berkata: kalian telah menjadi teroris, kalian, dan kalian.
Maka kami terkadang menemukan adanya penyempitan dari pihak pemerintah dan kami katakan bahwa ini adalah tekanan yang hakekatnya dilakukan oleh pihak asing. Maka yang dituntut adalah kita menerangkan pada mereka.
Terkadang sebagian orang (petugas) bertindak secara pribadi di bandara, demikian dalam memerangi mempersulit orang yang mau masuk ke negara ini dari warga negara lain, dia berusaha melarang mereka dan menyulitkan birokrasi mereka. Maka hakekatnya ini adalah tindakan yang berpusat pada pihak tertentu demi tujuan-tujuan yang diinginkan seseorang. Maka kita memohon pertolongan kepada Allah Ta’ala.
Bapak Ahmad: Berapakah jumlah pelajar Indonesia di sini wahai Syaikh?
Syaikh Muhammad: Aku belum menghitung mereka. Alhamdulillah kami memiliki murid yang masuk dengan resmi, secara kenegaraan dan kedutaan di sini. Jika anda (pihak kedutaan Indonesia) bisa memberikan pemahaman kepada pihak terkait pada pemerintah Yaman bahwa pelajar Indonesia bihamdillah adalah pelajar yang tenang, tidak banyak tingkah -dan setahu kami sekitar dua puluh tahun ini- tidak kami ketahui bahwa salah satu dari pelajar (di ma’had darul hadits) pergi ikut serta dalam tindakan sebagian orang, ikut kumpul ke sana, melakukan tipu daya, lalu datang ke sini.
Memang telah terjadi dari sebagian pelajar suatu tindakan yang tidak benar, akan tetapi pelajar-pelajar Indonesia -alhamdulillah- tidak ikut serta terjatuh dalam gerakan-gerakan seperti ini. Terkhusus dalam perkara yang sering kami beri pengarahan padanya.
Maksud saya kalau pemerintah bisa bersikap memberikan kemudahan birokrasi kepada pelajar Indonesia maka inilah yang dituntut.
Dan ini tidaklah maknanya kami menerima mu’amalah bersama yang lain dengan adanya tekanan, tidak selamanya. Siapa yang datang secara resmi maka dilayani dengan resmi, sama saja dia masuk negara ini untuk belajar di ma’had Darul Hadits atau tempat yang lain. Dan orang yang terjadi darinya sesuatu maka dia sendirilah yang menanggung buah perbuatannya, dan tidak boleh menghukum orang lain, atau menuduh orang lain. Maka orang ini menanggung sendiri kesalahannya. Allah Ta’ala berfirman,
ولا تزر وازرة وزر أخرى
“Dan orang yang berbuat dosa tdaklah menanggug dosa orang lain.”Dan Allah Ta’ala berfirman,
ولا تكسب كل نفس إلا عليها
“Dan tidaklah seseorang berbuat dosa kecuali dia sendiri penanggungnya.”Maka orang yang menempuh jalan yang menimbulkan kerusakan dan kejelekan dia menanggung sendiri akibatnya.
Bapak Ahmad: Apakah ma’had ini memiliki hubungan dengan ma’had di Dzamar (Asy-Syaikh Utsman As-Salimy), ma’had di ‘Aden (Asy-Syaikh Abdurrahman), dan Asy-Syaikh Abdullah di Syihr, Hadramaut?
Syaikh Muhammad: Kami semua sama, kami semua satu dan berjalan pada jalan yang satu.
Bapak Ahmad: Bagaimana dengan Abul Hasan di Ma’rib?
Syaikh Muhammad: Kami tidak memiliki hubungan dengan Abul Hasan di Ma’rib.
Bapak Ahmad: Ini adalah kunjungan pertama dari pihak kedutaan Indonesia (ke Ma’bar)?
Syaikh Muhammad: Benar ini adalah kunjungan pertama, dan kami berharap agar kunjugan seperti ini bisa terulang lagi -hayyakumullah-. Dan kami menerima kalau ada nasehat, misalnya terlihat ada suatu kesalahan pada kami maka kami menerima nasehat yang diberikan, seperti seorang bayi menerima pemberian, selama nasehat itu benar. Demikian juga para pelajar jika terlihat mereka jatuh pada kesalahan maka mereka juga harus dinasehati. Kami berjalan di atas yang benar, selama tidak ada di sana unsur memerangi agama. Biarkan agama berjalan pada porosnya dan kita saling tolong menolong pada kebaikan, karena kebaikan itu sendiri. Dan yang memperalat kebaikan untuk melakukan kejelekan maka kami tidak ridha dan tidak sudi tolong menolong dengannya.
Bapak Ahmad: Telah tertangkap sebelum dua minggu ini dua orang pelajar Perancis, dan kabarnya mereka berdua belajar di tempat anda wahai Syaikh?
Syaikh Muhammad: Terkait dengan dua pelajar itu, keduanya dulunya di sini. Dan kami memiliki arahan khusus terkait dengan pelajar dari luar Yaman, yaitu bahwa mereka tidak boleh memegang senjata, tidak boleh membelinya dan mereka tidak butuh kepada benda-benda ini, demikian mereka tidak diperkenankan latihan senjata (menembak). Kami telah kumpulkan mereka dan kami sampaikan arahan ini, berulang kali sampaikan arahan ini. Adapun kami di Yaman memegang senjata, maka kami adalah warga negara asli, kami berbeda dengan kalian. Maka dikatakan: untuk apa mereka membeli dan memegang senjata, padahal mereka dari negara luar, dan secara asal mereka tidak membawa senjata? Fitnah ini sangat memudharatkan.
Adapun terkait usaha pelarangan sebagian orang yang disebut sebagai teroris, maka kami tidak tahu siapa yang menggerakkan dua pelajar ini, siapa yang datang dan membatunya mendapatkan senjata. Perkaranya tidak ada permintaan dan pemberitahuan pada saya, bersamaan mereka telah mengenyam arahan terkait benda-benda ini, kami tidak tahu kecuali mereka telah jatuh pada masalah. Kami tidak tahu sebelum terjadi segala sesuatu.
Yang penting ini terhitung sebagai tindakan yang salah dari dua pelajar ini, tiada celaan dan tanggung jawab akan kesalahan ini atas pelajar yang lain ataupun atas ma’had.
Penangkapan beralasan bahwa mereka berdua memiliki senjata dan berlatih dengannya, bukan beralasan pada termasuknya mereka sebagai pelajar di ma’had ini. Keduanya berkata: belajar menembak itu penting dan ada hadits menganjurkan hal ini. Keduanya telah mendengar hadits intu dalam pelajaran bersama kami. Kami berbicara akan pentingnya belajar menembak bagi kaum muslimin, namun kami juga telah memberikan arahan bahwa hal ini tidak bisa dilakukan di sini (bagi orang asing).
Bapak Ahmad: Apakah ada bantuan dari pemerintah untuk mendukung ma’had ini?
Syaikh Muhammad: Adapun negara maka kami tidak meminta pada mereka, kalau kami mau meminta mereka akan membantu kami. Akan tetapi kami memandang kami tidak membutuhkan, maka dari satu sisi kami lebih memilih bersabar dan menanggung semampunya. Dan dari sisi yang lain mengandalkan apa yang dimudahkan bagi kami melalui jalannya para donatur yang memberikan dana tanpa ada syarat dan ikatan. Di sana ada pihak-pihak yang ingin memberi bantuan namun mengajukan syarat, sehingga dia mengontrol kalian. Sama saja pihak itu adalah pemerintah atau partai. Kami memandang hal ini tidak baik untuk agama kami, yaitu adanya orang yang mengendalikanmu dengan sebab dia telah memberikan bantuan harta kepadamu. Maka kami memilih bersabar dan menanggung semampu mungkin.
Baca Kelanjutannya DISINI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar