Imam Malik رحمه الله telah berkata : كُلُّ خَيْرٍ فِي إتِباَعِ مَنْ سَلَف وَ كُلُّ شَرٍّ فِي إبْتِداَعِ مَنْ خَلَفِ

“Setiap kebaikan adalah apa-apa yang mengikuti para pendahulu (salaf), dan setiap kejelekan adalah apa-apa yang diada-adakan orang kemudian (kholaf)"

Senin, 11 Juni 2012

Wanita tidak ada yang sempurna

Mungkin judul di atas merupakan salah satu ungkapan yang banyak dilontarkan oleh para ikhwan yang sedang ataupun telah menjalani proses ta’aruf. Sebenarnya ungkapan itu salah jika yang dimaksud adalah tidak ada sama sekali akhwat/wanita yang sempurna, akan tetapi bila yang dimaksud adalah sangat sedkit sekali atau bisa dibilang seribu dibanding satu adalah shohih.

Dambaan para ikhwan
Memang mencari calon pendamping hidup (baca “istri”) merupakan sekali seumur hidup(bisa lebih klo selanjutnya mau poligami), nah prinsip inilah yang membuat para ikhwan yang sedang dalam menjalani proses mencari calon istri selalu berusaha untk mendapatkan akhwat yang sesempurna mungkin. “Ya … namanya juga sekali seumur hidup…,” itulah kata mereka. Berangkat dari hal tersebut,  secara fitroh mereka akan mendambakan calon istri yang benar-benar sempurna, misalnya : cantik, agama dan akhlaknya bagus, berpenddikan, kaya, nasabnya bagus, dan lain-lain kriteria yang serba wah lainnya lah.

Realita yang ada
Di sisi lain, realita yang ada adalah sangat jarang sekali wanita/akhwat yang benar –benar sempurna. Ada akhwat yang agama dan akhlaqnya bagus, tapi ternyata kurang cantik. Ada juga yang akhwat yang cantik banget, tp ternyata agamanya kurang dan juga belum pernah ikut kajian. Ada juga akhwat yang agamanya bagus dan juga cantik, tapi ternyata orang tuanya meiliki kriteria-kriteria tertentu untuk calon suami anaknya. Untuk yang satu ini tentunya masing –masing dari mereka (ikhwan dan akhwat) harus pandai-pandai untuk melobi orang tuanya. Bahkan kadang seorang ikhwan harus menunggu berbulan-bulan hanya untuk menunggu keputusan dari orang tua si akhwat ini. Padahal kita semua tau bahwa “menunggu merupakan salah satu hal yang membosankan”.  Untuk itu diperlukan kesabaran dan istiqomah, baik dari pihak ikhwan maupun akhwatnya.

Satu lagi yang belum yaitu ternyata ada juga akhwat  yang masyaallah bener-bener  hampir sempurna (kenapa kok dikatakan hampir, karena di dunia ini tidak ada manusia yang sempurna kecuali Rosulullah), yaitu agamanya bagus, cantik, akhlaqnya bagus, berpenddikan, nasabnya bagus dan lain-lain lah, akan tetapi ketika ada  seorang ikhwan maju untuk ta’aruf dengan akhwat tersebut, e..ternyata ikhwan tersebut ditolak. He..he.. kasihan deh. Untuk yang satu ini jika ikhwan yang ditolak ini tidak termasuk ikhwan yang istiqomah dan sabar, maka dia akan mengalami seperti layaknya remaja gaul saat ini yaitu “patah hati”.

Sudahkah kita bercermin pada diri sendiri?
Sebelum menentukan kriteria yang kita harapkan/idam-idamkan, kita perlu bercermin pada diri sendiri dulu. Misalkan kita mengharapkan seorang akhwat yang agamanya bagus (sholihah), rajin ngaji, hafalan Al-Qur’annnya banyak, pinter bahasa arab, dan lain-lain lah. Nah di sini kita harus  melihat diri kita dulu, “apakah agama dan aqidah kita sudah bagus juga? Sudah rajinkah kita ikut kajian? Sudah berapa juz hafalan Al-Qur’an kita? singkatnya bila kita mengharapkan calon istri sholihah yang seperti Fatimah Rodhiyallahu ‘anhaa, maka apakah kita sudah sesholih sahabat Ali Rodhiyallahu ‘anhu? Atau mungkin jika kita mengaharapkan calon istri yang cantii..ik, maka kita lihat wajah kita, apakah kita juga termasuk orang yang memiliki wajah tampan. “Wong wajah-wajah sampean juga wajah bandrol gitu kok, masak mengahrapkan calon istri yang cantiik”, begitulah yang disampaikan oleh Ust. Zaenal Abidin Lc. dalam album MP3 beliau “Bila Cinta Bicara”.

Bagaimana seharusnya?
Dalam mencari sorang pasangan hidup hendaknya kita mengikuti apa yang telah Rosululloh sabdakan dalam Hadist beliau,
Dari Abi Huroiroh, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda:”Wanita itu biasa dinikahi karena empat perkara,  karena hartanya, karena kemuliaan keturunannya, karena kecantikannya dan karena agamanya. Maka pilhlah yang beragama, karena kalau tidak niscaya engkau akan merugi”.
Hadist shahih. Telah dikeluarkan oleh Bukhari (no. 5090) dan Muslim (no. 1466) dan yang selain keduanya. Dikutip dari buku “Pernikahan dan hadiah untuk pengantin” karya ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat, hal 96.
Nah, dari hadist di ats sudah jelas bukan, yaitu bahwa dalam mencari calon pasangan hidup yang kita utamakan adalah agama dan akhlaqnya. Untuk kriteria yang lain seperti kecantikan, harta, nasab dan lain-lain lah, itu harus menjadi pilihan yang ke nomer sekian..
Tapi…..
Sudah siapkah kita para ikhwan untuk mengamalkan hadst di atas..??? 



Ctt : Artikel di atas ditulis berdasarkan kondisi dari realita yang ada, Tulisan ini tidak bermaksud untuk mengecilkan hati para akhwat, akan tetapi sebagai ajakan untuk para ikhwan supaya dalam mencari calon pasangan hidup tidak berlebih-lebihan dalam menentukan kriteria.Kritik dan saran dari pembaca sangat saya nantikan.Kritik dan saran dari pembacaKritik dan saran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar